Halo semua,
Kenalin, aku Rinda. Selamat datang di blog pertamakuš
Disini aku mau cerita tentang pengalaman aku membeli rumah pertama secara KPR, khususnya KPR subsidi. Mungkin kurang lebih ini yang ingin aku jelaskan disini.
Kenapa beli rumah? Untuk apa?
Kenapa kpr rumah subsidi? Bedanya apa dengan kpr biasa?
Kronologis beli rumah
Strategi beli rumah ala Rinda
Okee, biar cepat, aku langsung lanjut aja yaa ke poin-poin itu, letās go..
1. Kenapa beli rumah? Untuk apa?
Aku itu beli rumah karena butuh, hehe
Aku tinggal di kabupaten Tangerang, kerja di Jakarta dan mobilitas lainnya juga kebanyakan di daerah Jakarta, kadang Tangerang Selatan. Jadi aku dari dulu emang pengen dan ngerasa butuh gitu rumah yang deket stasiun KRL, karena sejak kuliah emang suka ke daerah yang deket stasiun, dari kampus, tempat kerja, dan tempat-tempat main.
Sama alasan lain, buat safe asset sih, maksud safe asset disini itu jadi aku butuh rumah sendiri untuk sewaktu-waktu aku butuh me time, akupun juga janjian sama doi punya rumah masing-masing itu perlu, biar kalo sewaktu-waktu aku menikah terus harus ada kejadian yang tidak enak, aku udah punya pegangan tanpa harus ngerepotin orang lain lagi, biar ga ada drama-drama soal keuangan juga, hehe.
Jadi dari semua alasan itu, akupun berencana harus punya rumah sebelum menikah, dan alhamdulillah terlaksana.
2. Kenapa KPR rumah subsidi? Bedanya apa dengan KPR biasa?
Nah, untuk KPR sendiri, sebenarnya awalnya aku juga ga strict harus subsidi. Karena awal-awal aku bahkan survey ke daerah yg penjualannya secara komersil, seperti apartemen dan rumah komersil. Awalnya aku tertarik apartemen karena aku ngerasa lebih simple dan aman si, dan masih banyak juga apartemen di Jakarta yang cicilannya termasuk affordable buatku, tapi kalo dipikir2 secara mendalam, aku takut bosen sama interiornya, ditambah total biaya yg kalo dibanding sama rumah jg lumayan lebih tinggi. Jadi sayang aja sih, hehe
Terus sempat juga survey harga rumah komersil biasa di Depok dan Tangerang Selatan, untuk harga tersebut juga masih termasuk lumayan, tapi yaa itu, kalo aku pikir lebih detail, walau harganya murah, dengan kondisi komersil, bunganya membuat aku ngerasa ga adil, wkwk
Dulu aku pernah nemu rumah harga 100 jutaan di Depok, tapi lahannya kecil banget, terus nemu juga harga 200 jutaan di daerah Parung Panjang, lahannya standard si tapi pas aku riset lagi bunganya, aku jadi ngerasa kurang worthy karena kalo beli rumah komersil, apalagi cicilan di awal-awal, nominal bunganya bisa jauh lebih besar dari pinjaman pokok.
Dulu riset terkait harga aku coba-coba riset melalui simulasi kredit, disitu tinggal masukin harga rumah, lama pinjaman/tenor, bunga, DP terus klik kalkulasi, keluar deh perkiraan cicilan per bulan, disitu juga ada penjelasan, dari cicilan itu berapa bunga dan pokoknya. Disitu aku langsung masukin asumsi bunga 5% untuk subsidi dan asumsi bunga 12% untuk komersil, jadi emang cicilannya bakal beda banget sih wkwk
Oh iya FYI itu hanya simulasi ya, karena hasil perhitunganku disitu sama hasil cicilan asliku juga berbeda, lebih besar cicilan yang sebenarnya, mungkin karena ada banyak faktor yang dihitung juga, ga sesimpel yang di simulasi kredit itu.
Nah, yaudah dari situ aku memutuskan beli rumah subsidi, karena rumah subsidi ada batas maksimal harga yang ditentuin sama pemerintah, jadi harga + bunganya jauh lebih worthy.
Mungkin kurang lebih ini sih perbandingan antara KPR subsidi dan komersil yang aku pernah survey, ini aku membandingkan dua perumahan komersil dan subsidi di daerah yang sama ya, yaitu Parung Panjang dan pada awal tahun 2021 pas aku survey.
Sebenarnya itu sih kurang lebih perbandingan rumah subsidi dan komersil kalau dari perspektif kelebihannya subsidi. Di balik itu semua, subsidi juga ada kelemahannya wkwk
Berikut kelemahannya yang aku tahu:
Ga bisa milih tenor atau waktu pinjaman wkwk disini aku sedih sih, karena akukan tipe orang yang ga suka punya kredit, jadi pengen banget milih tenor yang singkat kaya 10 tahun gitu. Tapi karena umurku masih 20an, yaudah dapetnya 20 tahun dehš Paling aku strategiin dengan bayar extra per tahun. Aku udah rencanain juga itu, semoga terlaksana yaa, aamiin.
Harus ditempatin paling lambat 6 bulan setelah serah terima kunci, atau kalo gabisa nempatin, harus dibuat seolah-olah ada yang nempatin, gaboleh dikontrakin atau dijual maksimal sampai 5 tahun pertama
Ga boleh mengubah bentuk bangunan sama sekali selama 5 tahun pertama, kecuali menambah sesuatu yang bersifat keamanan
Belum ada air dan septitank juga perlu diperdalam. Jadi harus ngeluarin uang extra untuk bangun sumur dan septitank yang lebih dalam. Kalau untuk daerahku rata-rata sekitar 10jt. Masih lebih murah sih harga rumah + 10jt dibanding harga rumah komersil. Paling lebih ribet aja, hehe
Pembangunannya menurutku kurang maksimal, karena ada yang bocor dan tembok yang retak, kebetulan aku kesana saat hujan deres, jadi ketahuan buruknya bangunan. So saranku juga kalau mau beli rumah, harus survey saat hujan deras atau setelah hujan ya š
Tapi untungnya developernya juga tidak lepas tangan, tetap ada masa komplain selama 100 hari setelah serah terima kunci. Jadi akupun masukin poin-poin tersebut untuk bahan komplain.
Jadi dari semua poin-poinku, akupun ga membela salah satu diantara mereka sih, akupun tetap suka rumah komersil karena pelayanan, desain dan pembangunannya lebih rapih dan bagus. Kecuali dari segi harga, aku prefer beli rumah komersil secara cash dibanding KPR, hehe
3. Kronologis beli rumah
Okee, jadikan aku tau beli rumah gabisa instan, apalagi kondisiku orang yang ga punya privilege terkait akses maupun money, jadi aku udah berencana punya rumah jauh-jauh hari. Sebenarnya awalnya emang aku suka sama dunia investasi. Sejak 2018, dari hasil aku freelance ngajar, kalo ada sisa kadang aku tabung aku investasiin di saham. Terus setelah lulus, kerja, aku punya nilai minimal yang harus aku tabung di awal setelah gajian. Dan itu harus konsisten untuk mencapai beberapa tujuan keuanganku, salah satunya beli rumah ini. Jadi emang kalau mau beli aset yang mahal, menurutku kurang sih kalau nabung aja, perlu di investasikan uangnya, minimal investasiin di instrument investasi yang kasih return 10% ke atas. Jadi lebih cepat kekumpul banyak untuk memulai membeli rumah.
Biar ga banyak ceramah, aku langsung to the point aja ya wkwk
Jadi aku tuh dulu udah nyiapin sekitar 50jt buat DP rumah, apapun itu tipe KPRnya, entah komersil ataupun subsidi. Dan setelah riset-riset panjang, akhirnya akupun memilih rumah subsidikan, karena itu rumah pertamaku dan mumpung aku memenuhi syarat subsidi.
Untuk syarat subsidi kurang lebih ini sih pas jaman aku (awal 2021):
Belum memiliki rumah entah itu pribadi maupun pasangan untuk yang sudah menikah
Memiliki e-KTP, NPWP, dan SPT
Penghasilan maksimal 8jt untuk pribadi maupun total suami istri jika sudah menikah
Telah bekerja min 1 tahun dan sudah menjadi karyawan tetap (ini aku syarat dari developer, kalau dari buku FLPPnya ga ada syarat itu, jadi aku masih ngerasa simpang siur sih, wkwk akupun saat ngajuin itu, pas udah 1 tahun kerja di kantor lama dan sudah karyawan tetap juga, tapi untuk status karyawan tetapnya belum sampai 1 tahun)
Nah, akupun kaget syaratnya ternyata aku memenuhi semua wkwk soalnya sebelumnya yang aku tahu syarat kerja minimal 2 tahun dan syarat gaji pokok maksimal 4jtkan. Jadi aku bersyukur banget pas mau beli rumah, aturan rumah subsidi jadi berubah, mungkin karena pandemi kali yaa.
Nah, sebenarnya pas aku survey dan memutuskan beli rumah, aku belum 1 tahun bekerja, jadi aku cuma booking rumah dulu sebesar 2jt pada akhir januari 2021, terus dikasih jadwal cicilan DP sebanyak 3x, yaitu februari untuk bayar administrasi 5jt, maret bayar DP, dan April untuk bayar BPHTB 4,75jt.
Saat itu aku beli rumah yang udah jadi, itu udah jadi karena rumahnya bekas orang yang ditolak KPR, karena pada dasarnya developer tersebut jualan rumah secara indent. Jadi alhamdulillahnya pas aku mau beli rumah, rumahnya udah jadi, jadi ga perlu nunggu-nunggu lagi, hehe
Aku beli di harga 155jt, belum termasuk biaya admin dan BPHTB seperti yang aku sebutkan diatas.
Terus saat itu developer menawarkan ke customer untuk dp 5%. Tapi aku emang mau lebih besar biar hutang ke banknya lebih kecil, hehe
Awalnya emang aku mau ngeluarin uang total 50jtkan untuk DP, tapi karena aku dijelasin airnya belum siap, terus aku perlu renov untuk keamanan, seperti tembok depan, pagar, kanopi, jadi aku memutuskan dp hanya 15%, jadi biar masih ada pegangan buat renovasi.
Dan booking fee tersebut udah masuk bagian DP. Jadi aku bayar DP 15% dari 155jt, dikurang 2jt.
Terus aku ngajuin berkas-berkasnya sekitar 6 maret 2021 karena februari aku baru tepat 1 tahun kerja, aku ke kantor developer untuk kirim berkas sekalian bayar biaya administrasi secara cash. Nah setelah itu aku ga ngerasa diwawancara apapun. Emang sih ada dari pihak bank yang nelpon aku, tapi doi malah nanyain keluarga yang ga serumah sama aku, karena doi ditelpon ga diangkat, udah, kayanya ga sampe 5 menit telponannya. Terus tiba-tiba aja 2 minggu setelahnya atau tanggal 17 maret dichat sama orang developer buat bayar sisa-sisanya kaya DP dan BPHTB.
Terus aku bingung dong, yaudah aku chat salesku katanya aku lolos, terus besoknya ikut aja ke kantor developer buat penjelasan lebih lanjut.
Dan yaudah, besoknya aku izin cuti setengah hari untuk ke kantor developer. Disitu aku diberikan SP3K atau Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit. Aku dijelasin kalo aku lolos KPR dan ada biaya-biaya tambahan yang perlu disiapin pas akad dan serah terima kunci.
Untuk biaya yang perlu disiapkan pas akad kurang lebih ini.
Biaya notaris 250rb
Biaya administrasi 500rb
Provisi bank 658.750
Angsuran pertama 881rb
Yaap, alhamdulillah banget aku bisa dapet cicilan dibawah 1jt, bahkan dibawah 900rb wkwk terus saat itu kebetulan dari banknya ada kuota fixed bunga 5% selama masa KPR sampai mei 2021. Jadi aku dapet kuota itu dan selama 20 tahun cicilannya fixed 881rb, hehe
Karena kalau ga dapet kuota, bunga fixednya cuma 10 tahun pertama, sisanya ikut bunga floating kaya kpr komersil seperti yang aku jelasin sebelumnya.
Nah setelah tahapan pengumuman, aku harus lunasin dulu tanggung jawab ke developer, yaitu lunasin sisa dp 15% dan biaya BPHTB, baru bisa lanjut akad ke bank.
Saat itu uangku belum siap, karena estimasikukan jadwal bayar BPHTB akhir April, jadi duitnya kepake yang lain dulu wkwk tapi alhamdulillah akhir maret duitnya cair sih, jadi aku tetep bisa bayar akhir maret dan ikut akad awal April. Itu juga udah mundur dari seharusnya aku akad akhir maret.
Oh iya FYI, jadi SP3K itu ada masa berlakunya sampai 3 bulan, dan bisa perpanjang 1x. setelah 6 bulan belum bisa memenuhi syarat2 di SP3K atau belum bisa akad, harus ngajuin berkas lagi. Syarat-syarat SP3K yang aku baca si kurang lebih yaa nyiapin uang notaris, admin dll kaya yang aku sebutin sebelumnya di rek BTN, selesain tanggung jawab ke developer, dan menyetujui aturan-aturan kredit mereka gitu sih. Makanya kalo belum siap uang lanjutannya aku pernah nanya ditunggu sampai 3 bulan kalau dari developer.
Nah, selanjutnya, setelah proses SP3K, ada proses akad nih. Benar-benar seharian sih aku akad. Sebelum waktu istirahat aku akad sama bank, disitu dijelasin terkait perjanjian-perjanjian kredit antara aku dan bank, kalau aku ngutang sebesar 131,75jt ke bank dan dibayarkan secara mencicil 881rb per bulan, terus dijelasin juga kalau sistem pembayarannya autodebet setiap tanggal 7 dan mulai didebet bulan mei. Jadi April setelah akad, yang keautodebet cuma pembayaran notaris, provisi, sama administrasi aja. Untuk angsuran pertama di autodebet bulan meinya.
Selain itu, dijelasin juga kalau BTN setegas itu terkait cicilan, ada denda keterlambatan sebesar 1,5% per bulan atau sekitar 0,05% per hari dari tunggakan, kalau tgl 8 ga ada duitnya untuk diautodebet, bakal ditelpon, terus kalo masih ga ada gitu, ditempel stiker/tulisan di rumahnya kalau pemilik rumah belum bayar cicilan gitu, terus sampai 3x teguran atau 3x telat apaya aku lupa wkwk bakal ditahan rumahnya dan rumahnya bakal dilelang gitu.
Terus kalau lunasin percepat, ada biaya penalti sekitar 1% dari sisa pokok, jadi kalau mau paling bayar extra maksimal 1x per tahun, jadi waktu cicilannya tetap, tapi cicilannya aja jadi lebih ringan, karena pasti perhitungan bunganya bakal turunkan.
Terus ada juga penjelasan kalau rumah harus ditempatin, gaboleh dikontrak/tinggal, terus apa aja yang boleh dibangun yang intinya gaboleh mengubah tampilan depan rumah si.
Selain itu ada juga penjelasan terkait asuransi, alhamduilillah rumah subsidi itu cicilannya udah termasuk asuransi kebakaran sama jiwa, jadi kalau amit-amit gitu ya yang punya cicilan rumah meninggal, rumahnya langsung lunas dan jadi hak milik ahli warisnya. Aku kurang tau sih kalau untuk rumah komersil gimana, tapi saranku itu penting sih biar kalau kita meninggal ga ngerepotin orang untuk bayar hutang/cicilan yang kita buat, hehe
Kurang lebih itu sih yang aku inget dari akad wkwk sisanya ada di surat perjanjiannya, sekitar 1 jam kayanya aku akad sama orang bank. Terus jam istirahat, aku nunggu untuk akad sama notaris.
Nah pas akad sama notaris, doi lebih ngejelasin terkait legalitasnya sih, kaya kita punya rumah di blok apa, berapa ukuran bangunan dan tanahnya, itu ga boleh salah/lupa. Karena kalau salah bisa jadi terproses secara hukum. Soalnya notarisku pernah cerita ada yang salah serah terima kunci wkwk dia udah terlanjur renov dan ternyata itu bukan rumah dia. Di perjanjiannya juga dikasih tau kalau ada masalah hukum kaya gitu majunya ke pengadilan di Cibinong.
Terus juga ditekenin lagi sih hutang ke bank berapa dan bakal jadi berapa setelah semuanya terbayar dan itu kewajiban aku sebagai debitur, kalau dari bank dan developer kewajiban dan hak-haknya apa aja disitu dijelasin.
Kurang lebih dari yang aku tangkep dari akad sama notaris sih, aku bisa menempati rumah itu, dan bisa dapet sertifikat SHGB atau sertifikat hak guna bangunan yang baru bisa dibalik nama atas namaku setelah aku bayar PBB, oh iya jadi kalau punya rumah harus ada bayar PBB per tahun. Aku udah bayar sih dan sekitar 91rb bisa dibayar di ecommerce.
Terus semua sertifikat disimpan di Bank tempat aku akad. Dan baru bisa dimiliki/diambil setelah lunas atau setelah 20 tahun.
Nah, untuk peningkatan hak milik jadi SHM atau sertifikat hak milik, aku nanyakan, sayangnya notarisku itu belum menerima peningkatan jadi SHM. Jadi doi cuma nyaranin cari lagi notarisnya kalau udah lunas buat naikin hak jadi SHM.
Aku akad 7 april 2021, terus nunggu serah terima kunci sekitar 3 mingguan. Jadi aku ke kantor developer lagi tanggal 26 April 2021 untuk serah terima kunci.
Disitu dijelasin lagi terkait aturan KPR subsidi kaya harus ditempatin atau dibuat seolah2 ditempatin, terus apa aja yang ga boleh direnovasi, sama ada masa komplain selama 100 hari setelah serah terima kunci, lewat dari itu hangus, dan komplain hanya bisa dilakukan sekali, prosesnya foto dan dikasih penjelasan yang dikomplain, terus berkas dan kunci dikirim ke developer, terus setelah itu koordinasi sama orang lapangan. Selain itu dijelaskan juga terkait SBUM.
Oh iya aku lupa jadi kelebihan rumah subsidi itu, selain ada subsidi bunga jadi cuma 5%, ada subsidi bantuan uang muka (SBUM) juga, sebesar 4jt. Kebetulan developerku kerjasama dengan beberapa cabang bank BTN, diantaranya BTN ciputat tempat aku akad dan BTN bogor. Untuk aturan SBUM ini berbeda untuk setiap bank. Kalau BTN bogor, pasti dapet SBUM dan dipotong dari plafond atau besaran hutang ke bank, kalau BTN ciputat SBUMnya ga pasti gitu sih. Tapi biasanya 3 bulan setelah akad ada tanda kalau kita dapet, yaitu ada mutasi uang masuk dan langsung keluar sebesar SBUM, dari situ aku bisa urus langsung ke bank BTN untuk dapet cashback SBUM atau bisa juga diurus sama developer dengan memberikan fotocopy buku tabungan/print rekening koran yang ada mutasi tersebut ke mereka. Tapi dari waktu tanda tersebut juga ga pasti, ada yang cepet, ada yang lama, kalo gasalah aku dibilang rata-rata sekitar 8 bulanš
Dan dari serah terima kunci, aku langsung cobain rumahnya wkwk karena pertama survey aku belum bisa liat interior rumahnyakan, karena kuncinya ada di developer, jadi untuk bentuk interior cuma bisa liat dari video atau kantor pemasaran yang di perumahan itu. Pas aku dateng ke rumah lumayan kaget sih karena exteriornya dirapihin gitu, sebelumnya agak berantakan karena ada pasir bahan2 bangunan dan ada keretakan gitu di tembok, kalo kata developernya itu bangunan dari 2019 jadi udah lama banget wkwk terus pas aku datang benar-benar dirapihin exteriornya kaya tembok dicat ulang, luarnya juga rapih ga ada bahan-bahan bangunan lagi.
Berikut tampilan saat pertama aku survey pada 24 Januari 2021
Ini tampilan setelah aku serah terima kunci pada 26 April 2021
Pas aku lihat kedalem, kayanya dalemnya ga dirapihin sih, karena masih ada keretakan dan bekas rembesan air gitu. Mungkin karena biar aku bisa komplain sekalian semuanya kali yaa, karena kalo dirapihin takut ga keliatan buruknya wkwk
Terus yaudah dari situ aku pulang, rencanain lagi untuk kesana sama keluarga, buat ngecek lebih detail terkait apa-apa aja yang perlu dikomplain.
Berikut video dokumentasinya.
Berikut denah yang kudapat dari brosur untuk perumahanku, nama perumahannya Metro Parung Panjang 1, tipe 30/60, artinya luas bangunan 30 meter persegi dan luas tanah 60 meter persegi.
Setelah beberapa hari kemudian, sekitar Sabtu, 1 Mei 2021 aku kesana lagi buat ngecek detail-detail rumah sambil foto dan videoin sebagai bukti, dan aku kesana saat hujan, jadi pas sudah sampai hujannya sudah hampir selesai. Kurang lebih ini sih poin-poin yang aku komplain, dokumentasinya juga aku simpan ke google photos dan aku generate jadi sebuah link biar developer juga enak liat buktinya.
Ada rembesan air di kamar depan dan belakang
Ada retakan tembok di hampir semua ruangan
Carport pecah, untungnya aku pas kesana sama keluarga naik mobil milik orang tua, jadi bisa cek carportnya sekuat apa
Saklar di ruang utama rusak, gabisa dipencet kebawah (jadi gabisa nyalain lampu ruang utama), hal ini aku pernah diskusi sama suaminya temenku, kalo menurut dia, itu karena ada bocor lama yg mengakibatkan besi saklar yang didalemnya karat terus rusak, jadi poin masalahnya bocor sih sebenarnya, perlu ada pengecekan ke atas atau ruang di rangka atap yang biasa masuknya dari lubang atas toilet. Karena dari situ bisa liat semua aliran air, matahari, dan listrik. Aku sampe sekarang belum nyoba naik kesitu sih wkwk karena komplainku masih dikerjakan juga, jadi mungkin pas komplainnya sudah hampir selesai bisa dicek lagi kesitu.
Kurang lebih itu komplain yang aku ajukan, kalau untuk bocor, aku pernah juga kesana pas hujan deras bahkan sampai tiba, ada sedikit bocor di ruang utama, tapi ga besar, kadang turun bocornya kadang cuma nempel di plafond atap, wkwk tapi emang temboknya ada rembesan kecil kalau hujan. Jadi so far ga terlalu parah sih menurutku. Dan menurutku ini termasuk lumayan wajar sih masalah itu, karenakan bangunannya udah lama banget ya. Jadi kalau ada pergeseran diatas yang menyebabkan bocor atau rembesan setelah bertahun tahun, wajar ga sih wkwk gatau sih ini aku sotoi. Intinya ya aku bersyukur sih pas aku kesana, keliatan banget keburukannya dan ini usia bangunannya juga udah lama, berarti sekalian direcovery semuanya juga. Karena kalau bangunannya baru mungkin masalahnya gabakal seburuk/sebanyak ini, jadi kemungkinan untuk menemukan masalah juga bisa jadi lebih sulit, hehe
4. Strategi beli rumah ala Rinda
Nah, ini poin paling berat si karena akupun juga ga menyatakan hal yang benar-benar benar dan bagus yaa, karena aku sendiri juga masih belajar, ehehe
Tapi kalau dari aku, dari berbagai riset-riset dari internet, aku emang memutuskan untuk beli rumah dari jauh-jauh hari, makanya aku selalu rajin nabung dan investasi, sama suka nyari-nyari peluang juga kalau bisa nambah pemasukan, hehe makanya selain kerja aku juga suka nerima tawaran ngajar, kadang kalo lagi gabut juga suka cari-cari sesuatu yang bisa menghasilkan dari internet. Jadi intinya aku masih selalu mencari peluang dan kesempatan baru yang bisa meningkatkan diri, entah itu materi maupun non materi. Salah satunya ya materi berupa uang untuk aku bisa mencapai beberapa tujuan keuanganku.
Salah satunya ya beli rumah pertama ini. Kalo aku, kurang lebih ini sih strateginya.
Tentuin mau beli property apa dan buat apa, apakah itu rumah, tanah, apartemen, riset dari jauh-jauh hari termasuk lokasinya -> hal ini aku udah jelasin ya di poin 1, sampe akhirnya aku membeli rumah subsidi sebagai rumah pertamaku di daerah Parung Panjang, oh iya aku beli rumah dekat st Parung Panjang karena emang Parung Panjang daerah yang stasiunnya terdekat dengan Jakarta yang masih ada rumah subsidi wkwk aku dulu ngincer daerah tangsel dan depok, tapi sayang ga ada rumah subsidi, ada lagi citayam, bogor, dan stasiun lewat dari parung Panjang ke arah rangkas yang menurutku itu lebih jauh. Dan aku ngincar parung Panjang karena itu bisa jadi stasiun pertama kalau ke jakarta, hehe jadi kalo berhasil war tempat duduk lumayan bisa duduk dan tidurš
Tentuin mau beli rumah dengan cara apa, cash atau KPR, kalau KPR maunya komersil apa subsidi, kalo komersil harus tentuin mau tenor berapa, harus diestimasi cicilannya berapa dan kira-kira sanggup ga nyicil segitu sampai tenor tertentu, untuk ngeceknya bisa dicek di simulasi kredit yang sebelumnya sudah jelasin di poin 2, terus rata-rata juga kalau aku baca dari internet, bank punya syarat cicilan setidaknya 30% dari gaji, atau bisa juga sampai 40% dari gaji kalau masih single -> untuk ini aku udah tentuin ya rumah pertamaku aku pengen beli secara KPR subsidi, selanjutnya kalau ada kebutuhan akan property, entah itu rumah maupun non rumah, aku prefer beli secara cash, hehe karena kalau subsidikan pasti udah ga bisa, kalau komersil, sayang sama bunganyaš kecuali kalo benar-benar urgent butuh dan belum siap duit cashnya, ga menutup kemungkinan juga buat beli kpr komersil, tapi aku bakal usaha banget milih tenor sesedikit mungkin atau bayar extra semaksimal mungkin, hehe
Riset juga tentang developer, cara penjualan, dan mekanisme pembayarannya, karena sebelum berurusan sama bankkan harus berurusan juga sama developer sampai kelar. Aku pernah nonton di youtube terkait developer nakal atau kurang amanah. Dan itu penting banget si buat kita yang perlu rumah cepet tapi belinya indent, karena kalau developernya kurang amanah atau track recordnya kurang bagus, bisa jadi apa yang kita rencanakan bakal mundur banget karena adanya keterlambatan soal bangunan dll. Jadi selain survey terkait rumah, survey dan tanya2 juga yaa developernya, bisa cari di internet atau tanya dengan tetangga -> untuk ini aku dulu dijelasin sama salesku, kebetulan doi freelance di beberapa developer dan cerita juga terkait perumahan2 yang cepat dan ga cepat, dan menurutku omongan dia bener si karena aku juga coba survey ke perumahan yang katanya udah lama dibangun tapi pas aku kesana bener2 timpang banget bangunan perumahannya, jadi isi penghuninya udah banyak, tapi fasilitas umumnya kaya masih belum terurus gitu. So far aku cukup puas sih dengan pelayanan developerku, gerakannya lumayan cepat, walau secara komunikasi, yang fast respon cuma salesku wkwk tapi ya gapapa sih yang penting selama ini apa yang aku tanya dan kritisin dijawab semua.
Nabung dan investasi. Kalo bisa jangan cuma direncanain secara rumah, tapi secara keuangan juga biar rencananya benar-benar terlaksana. Aku coba bantu hitung kasar berdasarkan pengalamanku ya. Aku dari 2018 nyiapin 50jt untuk beli rumah di 2021. Aku mulai kerja sekitar september 2018. Jadi butuh 2 tahun 4 bulan atau 28 bulan untuk mulai ngajuin rumah. 50jt kalau dibagi 28 bulan berarti butuh sekitar 1.785.714 per bulan. Nah aku sih ngerasa ga nabung segitu besar buat rumah ini wkwk jadi biar ga seberat itu, bisa mulai investasi dengan return 10% per tahun. Kurang lebih kalau dihitung, cukup nabung 1.579.708 per bulan. Itu aku coba simulasikan di kalkulator investasi di bagian hitung dana investasi, lumayan bangetkan yaa bedanya 200an per bulan. Itu aku tanpa mempertimbangkan kenaikan gaji, inflasi, thr bonus dll yaa. Aku sendiri juga ga inget dan ga pernah pasti si per bulan nabung berapa wkwk tapi emang aku punya nilai minimum yang harus aku simpan dan gaboleh dipake sama sekali. Terus setiap ada uang masuk pasti aku alokasiin ke investasi dulu baru ke kebutuhan lain, entah itu pemasukan dari gaji, freelance, thr, invest, dll. Terus untuk instrument investasinya apa aja, ada banyak sebenarnya, aku sendiri prefer saham dan P2P. karena saham kita bisa dapat capital gain (kenaikan harga) dan deviden yang kalo ditotal bisa sampai 10% per tahun, kalau P2P kita bisa dapat bunga, karena kita minjemin ke perorangan atau bisnis umkm gitukan, jadi kita dapet bunga atau pembagian hasil dari bisnis tersebut, yang banyak juga returnnya diatas 10%. Sebagian besar asetku selain rumah juga ada disitu, ada produk syariahnya juga produk saham dan P2P (bisa cek P2P Syariah). Jadi so far aman dan halal sih, tinggal gimana kita mau riset lebih untuk mencapai keuangan yang lebih baik, hehe untuk pengalaman investasi mungkin aku bakal bikin thread khusus di periode selanjutnya, perlu riset yang lebih mendalam dulu, hehe.
Keep it slow. Menurutku kita sebagai manusia dengan tinggal dimanapun selama kita nyaman, bahagia, dan ga merugikan orang itu juga cukup, jadi punya rumah bukan kewajiban dan ga masalah sama sekali selama poin-poin tersebut tercapai. Dengan ngontrak dan investasi, itu juga bisa terkumpul untuk membeli rumah harusnya. Jangan khawatir dengan harga rumah yang katanya bakal naik tinggi yang bikin kita gabakal sanggup beli rumah. Menurutku, return investasi non property masih lebih besar dari kenaikan harga rumah. Bisa dicek di kenaikan harga rumah selama pandemi yang kenaikan harga rumah rata-rata hanya 5% pada 2021. Itupun tergantung daerahnya juga. Kalau daerahnya future growthnya kurang mungkin kenaikannya bisa sangat kecil. Akupun juga beli rumah ya karena aku merasa butuh, terus aku perempuan juga, aku merasa masa produktifku cenderung lebih sedikit dari masa produktif seorang pria. So, mumpung aku masih produktif, masih bisa mikir banyak, nabung banyak, itu kesempatan bagus buatku, hehe jadi kalau udah ga produktif bisa lebih tenang. Dan yang terpenting jangan sampai beli rumah karena orang lain, tapi karena diri sendri š
Yaapp, itu aja penjelasan dariku terkait rumah ini. Kalau ada salah, aneh atau kekeliruan lainnya boleh banget dikoreksi, karena namanya manusia ga ada yg sempurna, hehe apalagi aku juga masih belajar nulis kaya gini.
Semoga bermanfaat dan ga terlalu berbelit yaa, wkwk Terima kasih semuanya sudah mau membaca, semoga diberikan yang terbaik untuk kita semua š
See you š
Mantep ceritanya, saya berhasil beli rumah diumur 29 tahun, bener-bener hidup frugal nabung 80% dari gaji, alhasil berhasil beli rumah cash meski cuma ukuran 45m2.
Nih cerita detailnya udah aku tulis disini.
https://www.uangfirman.my.id/2023/11/pengalaman-membeli-rumah-secara-cash.html